Selasa, 15 Juni 2010

Obyek Wisata Purwakarta


Wisata alam

Waduk Jatiluhur, dengan luas 8.300 ha terletak ±9 km dari kota Purwakarta menawarkan sarana rekreasi dan olahraga air yang lengkap dan menarik seperti : dayung, selancar angin, ski air, power boating, perahu layar, dan kapal pesiar. Fasilitas yang tersedia adalah hotel dan bungalow, bar dan restoran, lapangan tenis, kolam renang dengan water slide, gedung pertemuan dan playground. Bagi wisatawan remaja, tersedia pondok remaja serta lahan yang cukup luas untuk kegiatan outbond dan perkemahan yang letaknya diperbukitan diteduhi pepohonan. Di perairan Waduk Jatiluhur ini juga terdapat budi daya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau malam kita dapat memancing sambil menikmati ikan bakar. Khusus untuk educational tourism, yang ingin mengetahui seluk beluk waduk ini, Perum Jasa Tirta II menyediakan tenaga ahli.

Danau Cirata, dengan luas 62 km2 berada pada ketinggian 223 m DPL dikelilingi oleh perbukitan. Jika melakukan perjalanan dari kota Purwakarta melalui Plered, akan tiba di Cirata dalam waktu ±40 menit dengan jarak sejauh 15 km. Dalam perjalanan akan melewati pusat perdagangan peuyeum Bendul dan Sentra Industri Keramik Plered disamping menikmati keindahan alam di sepanjang jalan Plered-Cirata.
Situ Wanayasa adalah danau alam yang berada pada ketinggian 600 m DPL dengan luas 7 ha, terletak ±23 km dari kota Purwakarta dengan udara yang sejuk berlatar belakang Gunung Burangrang.

Sumber Air Panas Ciracas. Terletak ±8 km dari Situ Wanayasa berlokasi di kaki bukit dikelilingi oleh pepohonan dan hamparan sawah dengan udara yang sejuk. Terdapat sekitar 12 titik sumber mata air panas.

Air terjun Curug Cipurut dapat ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang ± 3 km ke arah Selatan kota Wanayasa, merupakan tempat yang nyaman untuk rekreasi baik hiking maupun camping ground. Berada pada ketinggian 750 m DPL.

Gunung Parang adalah obyek wisata alam yang menyediakan sarana untuk rock climbing. Terletak 28 km dari kota Purwakarta berada pada ketinggian 983 m DPL.

Gua Jepang berlokasi ±28 Km dari kota Purwakarta, memiliki ketinggian sekitar 700 m DPL, dikelilingi perkebunan teh, pohon pinus, cengkeh, manggis dan termasuk dalam kawasan puncak Gunung Burangrang. Gua Jepang merupakan gua buatan yang dibangun oleh Jepang (Romusha) sekira tahun 1943 untuk digunakan sebagai tempat persembunyian.

Desa Wisata Bojong terletak di Desa Pasanggrahan Kecamatan Bojong ±35 km dari Kota Purwakarta, berada pada ketinggian ±650 m DPL dikelilingi pepohonan, bukit, hamparan sawah, pemandangan alam Gunung Burangrang dan areal perkebunan rakyat.

Situ Buleud, adalah danau seluas 4 ha berbentuk bulat yang terletak di tengah kota Purwakarta. Situ buleud merupakan landmark Purwakarta. Konon Situ Buleud tempo dulu merupakan tempat "pangguyangan" (mandi/berendam) badak, kemudian pada masa pemerintahan kolonial Belanda dijadikan sebagai tempat peristirahatan. Kini Situ Buleud menjadi tempat rekreasi, olah raga, dan belanja PKL pada saat hari minggu bagi penduduk Purwakarta.


Wisata budaya

Gedung Negara, dibangun tahun 1854 pada masa kolonial Belanda dengan gaya arsitektur Eropa. Kini Gedung Negara menjadi Kantor Bupati Purwakarta.

Gedung Karesidenan, seusia dengan Gedung Negara dibangun pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Kini menjadi Kantor Badan Koordinasi Wilayah IV terletak di Jalan KK. Singawinata.

Mesjid Agung, terletak di samping Gedung Negara dibangun pada tahun 1826 pada masa kolonial Belanda. Mesjid ini mulai dipugar pada tahun 1993 dengan tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai sejarahnya, kemudian diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tahun 1995.

Sentra Industri Keramik Plered, terletak di Desa Anjun ±13 km dari kota Purwakarta. Industri ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1904 menghasilkan keramik berkualitas diekspor ke manca negara antara lain Jepang, Belanda, Thailand, dan Singapura. Jenis keramik yang dihasilkan antara lain gerabah, terakota dan porselen.

Industri Kain Songket, diproduksi oleh PT. Sinar sejak tahun 1956 untuk di ekspor ke Brunei dan konsumsi dalam negeri.

Kesenian Buncis dan Domyak merupakan kesenian khas Purwakarta disamping wayang golek, celempungan, tari-tarian, degung, ketuk tilu, jaipongan, tungbrung, reog, calung dan kesenian-kesenian daerah lainnya.



Wisata Ziarah

Makam RA. Suriawinata. Seorang pendiri kota Purwakarta yang meninggal tahun 1827, beliau merupakan Bupati Karawang ke-9 dimakamkan di tengah Situ Wanayasa.

Makam Baing Yusuf adalah makam Syech Baing Yusuf yang meninggal pada tahun 1856 terletak di belakang Mesjid Agung Purwakarta. Ia merupakan seorang ulama besar pada zamannya bermukim di Kaum (Paimbaran Mesjid Agung) Purwakarta dan mendirikan pondok pesantren.

Makam Mama Sempur. KH. TB. Ahmad Bakri atau lebih dikenal dengan Mama Sempur adalah seorang ulama besar pada zamannya yang wafat tahun 1975 pada usia 128 tahun, dimakamkan di Desa Sempur Kecamatan Plered, sekitar 16 Km dari kota Purwakarta.


Wisata Kuliner

Makanan khas Purwakarta adalah Sate Maranggi, yang membedakan dengan sate lainnya adalah bumbu kecapnya yang diolah hingga memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Disamping sate maranggi, rumah-rumah makan khas Sunda yang menyajikan ikan bakar, pepes, ayam goreng lengkap dengan sambal dadakan juga banyak terdapat di Purwakarta.
Oleh-oleh khas Purwakarta adalah simping, peuyeum Bendul, gula aren Cikeris, manisan pala, teh hijau, colenak, dan opak.


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purwakarta
15 Juni 2010

Sumber Gambar:
http://id.indonesian-craft.com/product/39/tahun/2008/bulan/08/tanggal/04/id/482/

Pembagian Administratif Purwakarta



Pada tahun 1968, berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang SK Wali Negeri Pasundan diubah dan ditetapkan Pembentukan Kabupaten Purwakarta dengan Wilayah Kewedanaan Purwakarta di tambah dengan masing-masing dua desa dari Kabupaten Karawang dan Cianjur sehingga pada tahun 1968 Kabuapten Purwakarta hanya memiliki 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Purwakarta, Plered, Wanayasa dan Campaka dengan jumlah desa sebanyak 70 desa. Untuk selanjutnya dilaksanakan penataan wilayah desa, kelurahan, pembentukan kemantren dan peningkatan status kemantren menjadi kecamatan yang mandiri. Maka saat itu Kabupaten Purwakarta memiliki wilayah: 183 desa, 9 kelurahan, 8 kamantren dan 11 kecamatan.

Berdasarkan perkembangan Kabupaten Purwakarta, pada tahun 1989 telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 821.26-672 tanggal 29 Agustus 1989 tentang lahirnya lembaga baru yang bernama Wilayah Kerja Pembantu Bupati Purwakarta Wilayah Purwakarta yang meliputi Wilayah Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Campaka, Perwakilan Kecamatan Cibungur yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Purwakarta. S

edangkan wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah Plered meliputi wilayah Kecamatan Plered, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Maniis, Kecamatan Sukatani yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Plered.

Wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah Wanayasa yang meliputi Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Pasawahan, Kecamatan Bojong, Perwakilan Kecamatan Kiarapedes, Perwakilan Kecamatan Margasari, dan Perwakilan Kecamatan Parakansalam yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta Wilayah Wanayasa berada di Wanayasa yang telah diresmikan pada tangga 31 Januari 1990 oleh Wakil Gubernur Jawa Barat.

Setelah diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, serta dimulainya pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Purwakarta tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001. Serta melalui Peraturan Daerah No. 22 tahun 2001, telah terjadi restrukturisasi organisasi pemerintahan di Kabupaten Purwakarta.

No Kecamatan/ Jumlah Kel-Desa/ Luas Wilayah/ Jumlah Penduduk
1 Babakan Cikao/ 9/ 42,40 km²/ 38.590 jiwa
2 Bojong/ 14/ 68,69 km²/ 43.606 jiwa
3 Bungursari/ 10/ 54,66 km²/ 39.576 jiwa
4 Campaka/ 10/ 43,60 km²/ 34.418 jiwa
5 Cibatu/ 10/ 56,50 km²/ 25.769 jiwa
6 Darangdan/ 15/ 67,39 km²/ 57.132 jiwa
7 Jatiluhur/ 10/ 60,11 km²/ 56.855 jiwa
8 Kiara Pedes/ 10/ 52,16 km²/ 24.870 jiwa
9 Maniis 8/ 71,64 km²/ 28.748 jiwa
10 Pasawahan/ 12/ 36,96 km²/ 38.219 jiwa
11 Plered/ 16/ 31,48 km²/ 67.837 jiwa
12 Pondok Salam/ 11/ 44,08 km²/ 26.478 jiwa
13 Purwakarta/ 10/ 24,83 km²/ 143.760 jiwa
14 Sukasari/ 5/ 92,01 km²/ 14.262 jiwa
15 Sukatani/ 14/ 95,43 km²/ 60.796 jiwa
16 Tegalwaru/ 13/ 73,23 km²/ 43.923 jiwa
17 Wanayasa/15/ 56,55 km²/ 37.523 jiwa


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purwakarta
14 Juni 2010


Sumber Gambar:
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Locator_kabupaten_purwakarta.png
http://www.disnak.jabarprov.go.id/images/menu/Peta_AI_Kab_Purwakarta.jpg

The Jatiluhur tour of Reservoir Water

Peta Purwakarta


View Larger Map

Potensi Ekonomi Purwakarta

Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 971,72 km2. Kabupaten ini membawahi 17 kecamatan dengan populasi penduduk sebesar 782.362 orang. Penduduk laki-laki berjumlah 391.061 jiwa, selebihnya yaitu 391.301 jiwa adalah perempuan. Tingkat pendidikan masyarakat Purwakarta relatif rendah. Mereka yang telah menamatkan pendidikan tingkat atas, diploma dan starta hanya 13,6 persen, sisanya 86,4 persen pendidikan tertinggi mereka tingkat menengah.

Meskipun tingkat pendidikan masyarakat Purwakarta relatif rendah, namun perekonomian Purwakarta dibangun di atas pondasi industri pengolahan. Sektor ini memberikan sumbangan pada pembentukan PDRB (atas dasar harga konstan 2000) mencapai 42,08 persen dengan nilai ekonomi mencapai Rp 2,15 trilyun. Perusahaan yang bergerak di bidang industri mencapai 963 unit usaha. Kecamatan Purwakarta dan Bungursari adalah sentral lokasi operasional industri terutama bagi badan usaha berbentuk PT dan CV. Untuk perusahaan perseorangan banyak terdapat di Kecamatan Purwakarta dan Pleret sedangkan koperasi banyak terdapat di Kecamatan Purwakarta dan Jatiluhur.

Jumlah usaha berbentuk PT sebanyak 74 usaha, sedangkan yang berbentuk CV sebanyak 227 usaha. Koperasi yang beroperasi di Purwakarta sebanyak 23 unit usaha sedangkan perorangan sebanyak 639 unit usaha.

Industri agro hasil hutan memiliki nilai investasi sebesar Rp 3.4 milyar dengan bahan baku senilai Rp 48.41 milyar dan nilai produksi Rp 80.1 milyar. Tenaga kerja yang terserap oleh 401 unit perusahaan mencapai 2.236 tenaga kerja. Adapun sektor non formal yang bergerak pada industri serupa, memiliki nilai investasi Rp 835 juta dengan nilai bahan baku Rp 12.48 milyar dan nilai produksi mencapai Rp 20.74 milyar. Tenaga kerja yang terserap pada 1.632 perusahaan ini mencapai 10.723 tenaga kerja.

Industri Logam, Mesin, elektronika dan aneka memiliki nilai investasi mencapai Rp 3,2 milyar dengan nilai bahan baku mencapai 32,2 milyar dan nilai produksi mencapai Rp 62,9 milyar. Tenaga kerja yang terserap dari 140 jumlah perusahaan mencapai 1.658 tenaga kerja. Sedangkan nilai investasi sektor informal ini mencapai Rp 1, milyar dengan nilai bahan baku mencapai Rp 4,01 milyar dan nilai produksi mencapai Rp 23,7 milyar. Tenaga kerja yang terserap dari 460 jumlah perusahaan mencapai 1.722 tenaga kerja.

Industri Kimia, pulp dan kertas memilki nilai investasi pada sektor formal ini mencapai Rp 10 milyar dengan nilai bahan baku mencapai 62,9 milyar dan nilai produksi mencapai Rp 97 milyar. Tenaga kerja yang terserap dari 420 jumlah perusahaan mencapai 8.600 tenaga kerja. Sedangkan nilai investasi pada sektor non formal untuk industri serupa mencapai Rp 801 juta dengan nilai bahan baku mencapai Rp 2,6 milyar dan nilai produksi mencapai Rp 4,7 milyar. Tenaga kerja yang terserap dari 179 jumlah perusahaan mencapai 3.753 tenaga kerja.

Sektor perdagangan juga memberikan kontribusi pada pembentukan PDRB sebesar 25,78 persen dengan nilai ekonomi mencapai Rp 1,32 trilyun. Hal ini terbukti dengan nilai ekspor lebih dari US $ 188 juta. Ekspor menurut jenis barang didominasi oleh serat
rayon, benang, staples rayon fibre.


Sumber:
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+purwakarta
15 Juni 2010

Batik Kahuripan Salah Satu Ciri Khas Batik Purwakarta

CINDERAMATA, makanan, kerajinan, kesenian, dan tempat wisata ataupun apa saja bisa menjadi ciri khas dan menjadi kebanggaan bagi sebuah daerah. Begitu pula Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dikenal dengan sebutan Kota Santri, Kota Simping, dan sentra kerajinan Plered yang memiliki banyak ciri khas.

Purwakarta dikenal juga dengan kulinernya yakni Sate Maranggi dan buah manis segar yaitu Manggis. Sehingga tidak heran, jika Purwakarta yang diapit Ibukota Negara Jakarta dan Ibukota Provinsi Bandung menjadi tujuan bagi para wisatawan dan investor untuk turutberinvestasi di daerah yang memiliki karakteristik ini.

Di daerah Jawa, seperti Jawa Tengah. JawaTimur, dan Jawa Barat serta daerah lainnya di luar provinsi di Pulau Jawa, ada pula kain yang menjadi ciri khas daerah seperti kain batik, kain songket. dan jenis kain lain yang menjadi ciri khas bagi daerahnya. Begitupun di Jawa Barat termasuk di Purwakarta.

"Sampai saat ini tercatat ada sekitar 16 kabupaten di Jawa Barat yang memiliki kain khas batik." papar Ir Heny Herawan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Purwakarta kepada Pelita di ruang kerjanya. Masing-masing kabupaten memiliki motif batik yang berbeda dan menjadi kebanggaan bagi daerahnya termasuk Kabupaten Purwakarta.

Batik khas Purwakarta.jelas Herry, memiliki motif tersendiri tidak seperti daerah lainnya. Batik Purwakarta dikenal dengan sebutan Batik Kahuripan. Dimana dalam motif batik tersebut sangat memiliki makna yang sangat besar dalam roda pembangunan Kabupaten Purwakarta yang berkarakter. Ketetapan Batik Purwakarta yang memiliki tujuh makna, tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) No 33 tahun 2009 yang ditandatangani oleh Bupati H Dedi Mulyadi pada tanggal 22 Juli 2009. Bahkan ke depannya, batik Purwakarta juga akan dipatenkan ke Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Tujuh makna

MAKNA yang tersirat dalam motif batik Purwakarta, terang Herry Herawan. yaitu berwarna dasar hitam dengan motif warna kuning emas. Bergambar dua pilar atau yang dikenal di tataran Sunda dengan sebutan Gerbang Indung Rahayu yang melambangkan Dua Kalimah Syahadat yang bermakna Hakekat dan Syariat.

Makna yang ketiga, dalam motif batik Purwakarta, yaitu alap yang tinggi atau disebut Suhunan Julang Ngapak yang melambangkan perlindungan dan mengayomi seluruh warga Kabupaten Purwakarta. Makna keempat, yaitu Uga lekukan yang memiliki makna Iman, Islam dan Ikhsan.

Makna yang kelima, dalam motif batik Purwakarta yaitu Kujang, merupakan kepintaran (wibawa) yang juga merupakan senjata dan simbol di tataran Pasundan. Sedangkan makna keenam, yaitu motif bunga Melati, melambangkan kesucian dan keharuman dan makna ketujuh, dasar hitam dengan garis yang melewati dua pilar di bawah melambangkan jalan yang mulus, air mengalir, dan subur makmur.

Tujuh makna yang ada dalam mouTbalik Purwakarta tersebut, semuanya menggambarkan makna Kesun-daan dengan nilai-nilai luhur dan langkah operasional yang dirangkum dalam visi dan misi Purwakarta serta sembilan langkah dalam membangun negeri yang sejahtera menuju Digjaya Purwakarta. Lomba batik

BATIK khas Kabupaten Purwakarta, cerita Herry,awalnya muncul bukan dari para pembalik atau sebuah industri. Namun bermula dari adanya lomba mencari ciri khas batik untuk pegawai negeri (PNS) di Purwakarta yang diikuti oleh semua organisasi perangkat daerah (OPD)-yang ada di Kota Simping Ini.

Dari batik-batik yang diperlombakan tersebut. Dinas Perikanan dan Peternakan mencoba menciptakan motif batik yang diselaraskan dengan "Purwakarta Berkarakter" yang sekarang dikenal dengan sebutan Batik Kahuripan yang waktu itu keluar sebagai pemenang dalam lomba batik tingkat kabupaten.

Batik Kahuripan yang memiliki tujuh makna filosofi tersebut, kemudian ditetapkan sebagai batik khas Purwakarta melalui Peraturan Bupati. "Sekarang ini memang masih belum semua PNS di Purwakarta memiliki Batik Kahuripan sebab keterbatasan dalam produksinya." kata Herry.

Jika semua PNS di Purwakarta telah memiliki dan mengenakan Batik Kahuripan. maka ke depannya batik tersebut akan dipasarkan di masyarakat. Sehingga, tidak hanya PNS saja yang mengenakan Balik Kahuripan ini tapi juga pegawai swasta dni) seluruh masyarakat Kabupaten Purwakarta.

Setelah mendapat hak paten dari Depkumham sambung Herry, pihaknya akan mengajak para pembatlk di Kabupaten Purwakarta untuk turut berkiprah dalam pembangunan Purwakarta dengan cara bersama-sama mengembangkan dan membesarkan produksi Batik Kahuripan yang menjadi ciri khas Kabupaten Purwakarta.

Tidak hanya Batik Kahuripan saja, sambung Herry Herawan. bahkan kedepannya di Kabupaten Purwakarta juga akan ada motif-motif batik lain ciri khas Purwakarta seperti motif buah Manggis yang menjadi buah unggulan, pohon Jamuju. dan juga batik bermotif ikan Balidra dimana ikan tersebut merupakan ciri khas Ikan Purwakarta.

(yan hendrayana)

Sumber :
Pelita, dalam :
http://bataviase.co.id/node/182911
15 Juni 2010

Lotek Purwakarta Cukup Rp 3.000


Jika Anda berwisata ke Yogyakarta atau beberapa kota di Jawa Tengah, Anda akan menemui makanan kembaran gado-gado ini. Namanya lotek. Makanan yang ternyata juga banyak terdapat di daerah Purwakarta memiliki banyak kesamaan dengan gado-gado.

Kesamaannya antara lain terletak pada isi dari lotek sendiri, yaitu sayur-sayuran yang dipadu dengan bumbu kacang. Bedanya, sayuran pada gado-gado lebih lengkap ketimbang lotek.

Di dalam gado-gado juga biasanya ditambahkan tahu, tempe, atau telor, serta tambahan jeruk limau. Namun, Anda tidak perlu kecewa karena harga lotek sangat murah. Cukup mengeluarkan uang Rp 3.000, Anda sudah bisa mendapatkan satu porsi lotek lengkap dengan ketupatnya. Namun, jika tanpa ketupat, maka harganya hanya Rp 2500.

Masalah rasa yang gurih tidak kalah dibanding gado-gado. Berminat mencoba? Sebelum menuju Kota Bandung, mampirlah ke Purwakarta sebentar. Selamat berlibur.


Sumber:
http://travel.kompas.com/read/2010/01/01/14013494/Lotek.Purwakarta.Cukup.Rp.3.000
15 Juni 2010